MANAJEMEN KONFLIK:
A. Jenis Konflik:
Dalam
konflik Adam dengan Hawa terjadi konflik
hubungan berdasarkan hubungan interpersonal, Adam telah memulai konflik
dengan Hawa istrinya karena kepentingan pribadi yang masing-masing membenarkan
diri di hadapan Allah. Bahkan saling mencari kambing hitam atas kesalahan yang
mereka perbuat.
B. Penyebab Konflik
1. Adam tidak menjalankan
tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk mengingatkan istrinya, karena
Adamlah yang mendapat perintah langsung dari Tuhan tentang buah larangan itu
(Kej. 2:15-17)[1] tanpa
sepengetahuan Hawa, karena pada ayat 18 Allah baru menyadari kalau tidak baik
jika manusia itu seorang diri saja, akan dihadirkan seorang penolong yang
sepadam dengan dia.
2. Ular yang
memperdaya Hawa. Ular ini menyerang Allah melalui ciptaan-Nya. Dia mengatakan
bahwa apa yang dikatakan Allah kepada Adam tidak benar (Kej 3:3-4); “Ular”
kemudian disebut sebagai Iblis (Why 12:9; Why 20:2). Iblis jelas menguasai ular
dan memakainya sebagai sarana dalam mengadakan pencobaan (2 Kor. 11:3,14; Why
20:2). Jadi dalam hal ini dalam kenyamanan yang mereka alami di taman yang
indah itu, ada pihak ketiga yang membuat mereka melanggar.
3. Hawa
membiarkan dirinya diperdaya oleh ular, meskipun ia sudah mengetahui akibat
yang ditimbulkan jika melakukan pelanggaran (Kej.3:3) tapi tidak mampu melawan
rayuan si iblis, bukannya menghindari.
C. Tahap-tahap
Terjadinya Konflik.
1) Berawal dari Adam yang tidak menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya untuk membimbing dan mengingatkan istrinya agar tidak
melakukan pelanggaran kepada Allah pencipta dan pemelihara mereka. Padahal dia
yang mendapat perintah langsung dari Tuhan tentang buah larangan itu, justru
ketika Hawa menawarkannya ia malah ikut memakannya, dan bukannya menegur Hawa.
(band. Kej.3:6b). Kejatuhan mereka ini yang membuat mereka nantinya berkonflik juga
karena kehadiran pihak ketiga, yakni Iblis, yang datang merayu dan memperdaya
Hawa untuk melawan Tuhan dengan melakukan pelanggaran. Awalnya Hawa menolak
dengan alasan yang sudah dia ketahui (mungkin dari suaminya) namun ular yang
begitu cerdik (Kej. 3:1) datang kepada Hawa dengan memenggal pesan Allah itu
bahwa “tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”. Dan perempuan itu
langsung menyahut ular itu. Ia meladeni godaan yang datang kepadanya. Jadi
secara tidak sadar perempuan itu menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan
penggoda. Dia tidak memiliki kebijaksanaan seperti kata-kata Yesus dalam Matius
4:10 “Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!" dan nasihat Yakobus dalam Yakobus 4:7. : “Karena itu
tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”. Perempuan
itu tidak bersalah, polos dan tidak curiga sehingga bukan merupakan tandingan
bagi si penggoda yang lihai. Perempuan itu tidak mau diam saja menyaksikan
Allah dipahami dengan tidak benar, karena itu dengan berani ia berusaha
membetulkan pernyataan si ular! Namun dia mengutip larangan Allah secara salah,
yaitu dengan menambahkan kata raba.[2]
Jadi saat melakukan tidakan itu, baik Hawa maupun Adam tidak bertanya kepada
Tuhan tentang tawaran yang diberikan oleh Iblis kepada mereka, mereka lebih
patuh kepada rayuan iblis dengan janji-janjinya bahwa sekali-kali mereka tidak
akan mati.(a.4-5). inilah kecerobohan mereka yang berakibat fatal turun-temurun,
mengalami keterpisahan dari Tuhan dan menjadi penyebab terjadinya konflik
antara Adam dan Hawa karena mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain.
D. Akibat Konflik
Akibat Positif.: Pada ayat
15 hal itu merupakan sinar pertama dari keselamatan mendatang, Pra-Injil,
karena tersirat janji Allah yang pertama mengenai rencana penebusan dunia.
Janji tersebut merupakan kemenangan mutlak umat manusia dan Allah atas Iblis
dan kejahatan melalui peperangan rohani antara keturunan wanita (yaitu, Tuhan
Yesus Kristus) melawan keturunan ular (yaitu, Iblis dan para pengikutnya). Di
sini Allah berjanji bahwa Kristus akan lahir dari seorang wanita (bdk. Yes.
7:14) dan akan “diremukkan” melalui penyaliban. Sekalipun demikian, Dia akan bangkit, dari antara orang
mati untuk membinasakan (yaitu “meremukkan”) Iblis, dosa, dan kematian secara
sempurna demi keselamatan umat manusia (bdk. Yes 53:5; Mat 1:20-23; Yoh 12:31;
Kis 26:18; Rom 5:18-19; 16:20; 1 Yoh 3:8; Wahy 20:10).[3]
Akibat Negatif : Hubungan
antara Adam dan Hawa yang tadinya harmonis kini harus retak karena
pemberontakan mereka kepada Tuhan dan tidak hidup saling mengingatkan. Dari
perbuatannya itu berakibat juga kepada anak-anaknya yakni Kain dan
Habel, Habel harus menjadi korban dari kejahatan Kain. Mereka saling
menyalahkan satu dengan yang lain. Hawa menyalahkan ular, lalu Adam menyalahkan
Hawa dengan menyebutnya sebagai perempuan, bahkan Adam juga menyalahkan Tuhan,
bahwa Tuhan sudah keliru menempatkan perempuan di sampingnya. ( Selain itu
mereka harus menerima kutuk dari Tuhan. Kepada Hawa a.16-19: “Susah payahmu....
akan kubuat sangat banyak” kehamilan dan melahirkan anak akan disertai dengan
rasa sakit. Yang melukiskan rasa sakit baik jasmaniah maupun mental. Hukuman
yang dijatuhkan Allah pada pasangan manusia yang pertama yang bersalah itu
mengenai mereka justru dalam tugas utamanya. Perempuan dihukum sebagai ibu dan
isteri, laki-laki sebagai pekerja. Dosa telah mengacaukan tata susunan
sebagaimana dikehendaki Allah: perempuan bukan lagi seorang teman bagi
laki-laki yang sederajat dengannya (Kej 2:18-24), tetapi seorang pembujuk
laki-laki yang diperbudak oleh pria guna mendapat anak, laki-laki bukan lagi
seorang juru kebun Allah di Eden, tetapi ia harus bergumul dengan tanah yang
menjadi musuhnya. Tetapi hukuman paling berat ialah: hilanglah persahabatan
yang terjalin antara manusia dan Allah, (Kej 3:23). Inilah hukuman yang
diwariskan manusia kepada keturunannya, sampai saat ini dan itulah yang memicu
adanya konflik karena dosa dalam diri dan orang lain yang melahirkannya.[4]
E. Penyelesaian Konflik/Managemen Konflik.
1. Fakta
ADAM
|
HAWA
|
Menerima
Langsung perintah dari Tuhan tentang buah laranngan. (Kej 2:15-17)
|
Tidak
mendengar langsung dari Allah karena belum diciptakan. Dan kemungkinan hanya
mendengar dari suaminya. (Kej 3:2-3)
|
Adam tidak
digoda langsung oleh Iblis namun ia mendengarkan perkataan istrinya dan
memakan buah larangan.
|
Didekati
oleh ular karena berpeluang mudah tergoda dan takluk lewat pendengaran
|
Fakta
bahwa Adam harus bersusah payah untuk mengerjakan tanah yang telah dikutuk
Allah
|
Hawa harus
menderita dan tunduk kepada laki-laki.
|
Adam
“dimusuhi” oleh Allah dan diusir dari Eden
|
Hawa “dimusuhi”
oleh Allah dan diusir dari Eden
|
1. Gaya
manajemen konflik yang diterapkan Adam dan Hawa adalah “Gaya Competing, yaitu saya menang dan anda kalah. Adam menyalahkan
Hawa agar diloloskan dari penghakiman dan hukuman Allah, sebaliknya Hawa
mencari kambing hitam dari kesalahan yang dibuatnya itu. (a.12-13)
2. Kategori
gaya manajemen konfliknya adalah:”menyalahkan
satu dengan yang lainnya” asumsi dasarnya adalah : semua pihak yang sedang
konflik tidak menemukan jalan konflik pada saat itu, akan tetapi langsung
menerima akibat dari tindakan mereka.
3. Taktik
penanganan konflik Adam dan Hawa adalah sebagai berikut: ketika mereka tidak
mengakui kelemahan masing-masing yang justru saling menyalahkan dan mencari
kambing hitam, Allah langsung mengumunkan akibat dari kesalahan mereka itu, dan
juga harus diusir dari hadapan Tuhan dan dari taman Eden. Penanganan konflik
ini nanti 2000 tahun berikutnya dan Allah sendiri yang turun tangan
menyelesaikan konflik itu melalui kehadiran diriNya dalam pengorbanan Yesus Kristus
di kayu salib, (bdk. Rm. 5 17-19; Ibr. 9:28).
F. Kesimpulan.
1. Pesan : Dari sudut pandang teologis, Adam dan Hawa tidak pernah menduga dengan
resiko yang harus mereka terima, keindahan kemuliaan Tuhan dan taman Eden itu
harus seketika hilang dari depan mereka. Akibatnya tidak hanya mereka yang
menanggung pelanggaran itu namun semua orang dibuatnya berdosa dan kehilangan
kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Setiap manusia di kandung dalam dosa dan
diperanakkan dalam kesalahan seperti yang dikisahkan oleh Daud dalam Mazmur
51:7)
2. Aplikasi : Bila kita berhubungan dengan
orang lain, cepat atau lambat kita akan bertemu dengan konflik. Tidak berarti
bila kita hidup sendirian dan tidak berhubungan dengan orang lain, kita tidak
bertemu konflik; karena konflik juga dapat terjadi didalam diri sendiri, yaitu
konflik pribadi. Konflik muncul ditengah relasi antar manusia karena tidak ada manusia
yang sama persis; sehingga seringkali tiap orang memiliki ‘pandangan’ yang
berbeda dalam melihat suatu masalah. Bila ada orang yang selalu setuju dengan
kita, kemungkinan besar orang tersebut hanya melakukan apa yang kita inginkan
bukan apa yang dia percaya. Jadi setiap orang yang sedang membangun dan
mengembangkan sebuah relasi antarpribadi yang mendalam, pasti akan menjumpai
berbagai konflik (pertentangan) dengan teman berelasinya. Menciptakan konflik
harus bertanggung jawab dan siap dengan segala resiko yang ada, tidak dengan
mencari kambing hitam untuk keselamatan diri sendiri.
Memang
konflik yang dialami Adam dan Hawa ini berbeda dari beberapa konflik yang
dijumpai dalam Alkitab, konflik yang lainnya itu dalam waktu yang relatif
singkat menuju pada penyelesaian sedang mereka ini tidak. Justru Allah
menyelesaikan konflik itu pada saat mereka sudah tidak ada. Jadi dengan bagian
ini kita perlu belajar untuk tidak membiarkan konflik itu berlarut-larut dan
membawa masalah pada orang lain atau generasi berikutnya. Konflik tidak perlu
dihindari atau dibiarkan, tapi harus ada keberanian untuk melakukan pengakuan
dan juga melibatkan Tuhan untuk menangani hal itu. Tidak peduli seberapa
kuatnya dan besarnya rintangan menuju penyelesaian, Allah berkuasa untuk
mengatasinya, meskipun harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Namun yang menjadi
catatan bahwa Allah mendamaikan diriNya dengan manusia berdosa bukan karena
manusianya yang layak dan benar akan tetapi ini Allah lakukan karena inisitif
Allah sendiri demi kemuliaan nama-Nya.
3. Kesimpulan :
3. Kesimpulan :
Jadi kesimpulannya
yaitu, semua lapisan masyarakat di muka bumi ini pernah mengalami konflik.
Dalam kalangan keluarga Kristen pun tidak luput. Konflik ada manfaatnya jika
diselesaikan dengan baik karena dapat membangun karakter atau pribadi seseorang
namun akan sangat buruk jika diabaikan dan memberi dampak yang tidak bagus
kepada orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Selain itu bisa
berkepanjangan dan mengakibatkan kepahitan yang bisa di bawa sampai mati.
Hal bijak yang perlu
dilakukan adalah secepatnya menyelesaikan, jika kesulitan minta bantuan kepada
orang yang punya potensi untuk dapat melakukan hal tersebut.
[1] Kejadian 2:15-18: “TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:
"Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." TUHAN
Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
[2] Kamus
Wcyliffe dalam kamus alkitab sabda for
android
[3] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang: Gandum Mas, 2009), hlm. 12
[4]
Kamus Jerusalem dalam kamus alkitab
sabda for android
Tidak ada komentar:
Posting Komentar