Selasa, 05 Januari 2016

MANAJEMEN KONFLIK: MENGATASI KONFLIK SUAMI ISTRI YANG TERJADI PADA ADAM DAN HAWA. Kejadian 3:1-22. Oleh: Pdt. Yustina Pabidang, M.Th.



              MANAJEMEN KONFLIK:

A.    Jenis Konflik:
         Dalam konflik Adam dengan Hawa terjadi konflik hubungan berdasarkan hubungan interpersonal, Adam telah memulai konflik dengan Hawa istrinya karena kepentingan pribadi yang masing-masing membenarkan diri di hadapan Allah. Bahkan saling mencari kambing hitam atas kesalahan yang mereka perbuat.
B.     Penyebab Konflik
1.  Adam tidak menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk mengingatkan istrinya, karena Adamlah yang mendapat perintah langsung dari Tuhan tentang buah larangan itu (Kej. 2:15-17)[1] tanpa sepengetahuan Hawa, karena pada ayat 18 Allah baru menyadari kalau tidak baik jika manusia itu seorang diri saja, akan dihadirkan seorang penolong yang sepadam dengan dia.
2.  Ular yang memperdaya Hawa. Ular ini menyerang Allah melalui ciptaan-Nya. Dia mengatakan bahwa apa yang dikatakan Allah kepada Adam tidak benar (Kej 3:3-4); “Ular” kemudian disebut sebagai Iblis (Why 12:9; Why 20:2). Iblis jelas menguasai ular dan memakainya sebagai sarana dalam mengadakan pencobaan (2 Kor. 11:3,14; Why 20:2). Jadi dalam hal ini dalam kenyamanan yang mereka alami di taman yang indah itu, ada pihak ketiga yang membuat mereka melanggar.
3.  Hawa membiarkan dirinya diperdaya oleh ular, meskipun ia sudah mengetahui akibat yang ditimbulkan jika melakukan pelanggaran (Kej.3:3) tapi tidak mampu melawan rayuan si iblis, bukannya menghindari.
C.   Tahap-tahap Terjadinya Konflik.
1)  Berawal dari Adam yang tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk membimbing dan mengingatkan istrinya agar tidak melakukan pelanggaran kepada Allah pencipta dan pemelihara mereka. Padahal dia yang mendapat perintah langsung dari Tuhan tentang buah larangan itu, justru ketika Hawa menawarkannya ia malah ikut memakannya, dan bukannya menegur Hawa. (band. Kej.3:6b). Kejatuhan mereka ini yang membuat mereka nantinya berkonflik juga karena kehadiran pihak ketiga, yakni Iblis, yang datang merayu dan memperdaya Hawa untuk melawan Tuhan dengan melakukan pelanggaran. Awalnya Hawa menolak dengan alasan yang sudah dia ketahui (mungkin dari suaminya) namun ular yang begitu cerdik (Kej. 3:1) datang kepada Hawa dengan memenggal pesan Allah itu bahwa “tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”. Dan perempuan itu langsung menyahut ular itu. Ia meladeni godaan yang datang kepadanya. Jadi secara tidak sadar perempuan itu menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan penggoda. Dia tidak memiliki kebijaksanaan seperti kata-kata Yesus dalam Matius 4:10 “Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" dan nasihat Yakobus dalam Yakobus 4:7. : “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”. Perempuan itu tidak bersalah, polos dan tidak curiga sehingga bukan merupakan tandingan bagi si penggoda yang lihai. Perempuan itu tidak mau diam saja menyaksikan Allah dipahami dengan tidak benar, karena itu dengan berani ia berusaha membetulkan pernyataan si ular! Namun dia mengutip larangan Allah secara salah, yaitu dengan menambahkan kata raba.[2] Jadi saat melakukan tidakan itu, baik Hawa maupun Adam tidak bertanya kepada Tuhan tentang tawaran yang diberikan oleh Iblis kepada mereka, mereka lebih patuh kepada rayuan iblis dengan janji-janjinya bahwa sekali-kali mereka tidak akan mati.(a.4-5). inilah kecerobohan mereka yang berakibat fatal turun-temurun, mengalami keterpisahan dari Tuhan dan menjadi penyebab terjadinya konflik antara Adam dan Hawa karena mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain.
D.   Akibat Konflik  
Akibat Positif.: Pada ayat 15 hal itu merupakan sinar pertama dari keselamatan mendatang, Pra-Injil, karena tersirat janji Allah yang pertama mengenai rencana penebusan dunia. Janji tersebut merupakan kemenangan mutlak umat manusia dan Allah atas Iblis dan kejahatan melalui peperangan rohani antara keturunan wanita (yaitu, Tuhan Yesus Kristus) melawan keturunan ular (yaitu, Iblis dan para pengikutnya). Di sini Allah berjanji bahwa Kristus akan lahir dari seorang wanita (bdk. Yes. 7:14) dan akan “diremukkan” melalui penyaliban. Sekalipun  demikian, Dia akan bangkit, dari antara orang mati untuk membinasakan (yaitu “meremukkan”) Iblis, dosa, dan kematian secara sempurna demi keselamatan umat manusia (bdk. Yes 53:5; Mat 1:20-23; Yoh 12:31; Kis 26:18; Rom 5:18-19; 16:20; 1 Yoh 3:8; Wahy 20:10).[3]
Akibat Negatif : Hubungan antara Adam dan Hawa yang tadinya harmonis kini harus retak karena pemberontakan mereka kepada Tuhan dan tidak hidup saling mengingatkan.  Dari   perbuatannya itu berakibat juga kepada anak-anaknya yakni Kain dan Habel, Habel harus menjadi korban dari kejahatan Kain. Mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain. Hawa menyalahkan ular, lalu Adam menyalahkan Hawa dengan menyebutnya sebagai perempuan, bahkan Adam juga menyalahkan Tuhan, bahwa Tuhan sudah keliru menempatkan perempuan di sampingnya. ( Selain itu mereka harus menerima kutuk dari Tuhan. Kepada Hawa a.16-19: “Susah payahmu.... akan kubuat sangat banyak” kehamilan dan melahirkan anak akan disertai dengan rasa sakit. Yang melukiskan rasa sakit baik jasmaniah maupun mental. Hukuman yang dijatuhkan Allah pada pasangan manusia yang pertama yang bersalah itu mengenai mereka justru dalam tugas utamanya. Perempuan dihukum sebagai ibu dan isteri, laki-laki sebagai pekerja. Dosa telah mengacaukan tata susunan sebagaimana dikehendaki Allah: perempuan bukan lagi seorang teman bagi laki-laki yang sederajat dengannya (Kej 2:18-24), tetapi seorang pembujuk laki-laki yang diperbudak oleh pria guna mendapat anak, laki-laki bukan lagi seorang juru kebun Allah di Eden, tetapi ia harus bergumul dengan tanah yang menjadi musuhnya. Tetapi hukuman paling berat ialah: hilanglah persahabatan yang terjalin antara manusia dan Allah, (Kej 3:23). Inilah hukuman yang diwariskan manusia kepada keturunannya, sampai saat ini dan itulah yang memicu adanya konflik karena dosa dalam diri dan orang lain yang melahirkannya.[4]

E.     Penyelesaian Konflik/Managemen Konflik.
1.  Fakta
ADAM
HAWA
Menerima Langsung perintah dari Tuhan tentang buah laranngan. (Kej 2:15-17)
Tidak mendengar langsung dari Allah karena belum diciptakan. Dan kemungkinan hanya mendengar dari suaminya. (Kej 3:2-3)
Adam tidak digoda langsung oleh Iblis namun ia mendengarkan perkataan istrinya dan memakan buah larangan.
Didekati oleh ular karena berpeluang mudah tergoda dan takluk lewat pendengaran
Fakta bahwa Adam harus bersusah payah untuk mengerjakan tanah yang telah dikutuk Allah
Hawa harus menderita dan tunduk kepada laki-laki.
Adam “dimusuhi” oleh Allah dan diusir dari Eden
Hawa “dimusuhi” oleh Allah dan diusir dari Eden

1.  Gaya manajemen konflik yang diterapkan Adam dan Hawa adalah “Gaya Competing, yaitu saya menang dan anda kalah. Adam menyalahkan Hawa agar diloloskan dari penghakiman dan hukuman Allah, sebaliknya Hawa mencari kambing hitam dari kesalahan yang dibuatnya itu. (a.12-13)
2.  Kategori gaya manajemen konfliknya adalah:”menyalahkan satu dengan yang lainnya” asumsi dasarnya adalah : semua pihak yang sedang konflik tidak menemukan jalan konflik pada saat itu, akan tetapi langsung menerima akibat dari tindakan mereka.
3.  Taktik penanganan konflik Adam dan Hawa adalah sebagai berikut: ketika mereka tidak mengakui kelemahan masing-masing yang justru saling menyalahkan dan mencari kambing hitam, Allah langsung mengumunkan akibat dari kesalahan mereka itu, dan juga harus diusir dari hadapan Tuhan dan dari taman Eden. Penanganan konflik ini nanti 2000 tahun berikutnya dan Allah sendiri yang turun tangan menyelesaikan konflik itu melalui kehadiran diriNya dalam pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, (bdk. Rm. 5 17-19; Ibr. 9:28).

F. Kesimpulan.
1. Pesan : Dari sudut pandang teologis, Adam dan Hawa tidak pernah menduga dengan resiko yang harus mereka terima, keindahan kemuliaan Tuhan dan taman Eden itu harus seketika hilang dari depan mereka. Akibatnya tidak hanya mereka yang menanggung pelanggaran itu namun semua orang dibuatnya berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Setiap manusia di kandung dalam dosa dan diperanakkan dalam kesalahan seperti yang dikisahkan oleh Daud dalam Mazmur 51:7)
2. Aplikasi : Bila kita berhubungan dengan orang lain, cepat atau lambat kita akan bertemu dengan konflik. Tidak berarti bila kita hidup sendirian dan tidak berhubungan dengan orang lain, kita tidak bertemu konflik; karena konflik juga dapat terjadi didalam diri sendiri, yaitu konflik pribadi. Konflik muncul ditengah relasi antar manusia karena tidak ada manusia yang sama persis; sehingga seringkali tiap orang memiliki ‘pandangan’ yang berbeda dalam melihat suatu masalah. Bila ada orang yang selalu setuju dengan kita, kemungkinan besar orang tersebut hanya melakukan apa yang kita inginkan bukan apa yang dia percaya. Jadi setiap orang yang sedang membangun dan mengembangkan sebuah relasi antarpribadi yang mendalam, pasti akan menjumpai berbagai konflik (pertentangan) dengan teman berelasinya. Menciptakan konflik harus bertanggung jawab dan siap dengan segala resiko yang ada, tidak dengan mencari kambing hitam untuk keselamatan diri sendiri.
       Memang konflik yang dialami Adam dan Hawa ini berbeda dari beberapa konflik yang dijumpai dalam Alkitab, konflik yang lainnya itu dalam waktu yang relatif singkat menuju pada penyelesaian sedang mereka ini tidak. Justru Allah menyelesaikan konflik itu pada saat mereka sudah tidak ada. Jadi dengan bagian ini kita perlu belajar untuk tidak membiarkan konflik itu berlarut-larut dan membawa masalah pada orang lain atau generasi berikutnya. Konflik tidak perlu dihindari atau dibiarkan, tapi harus ada keberanian untuk melakukan pengakuan dan juga melibatkan Tuhan untuk menangani hal itu. Tidak peduli seberapa kuatnya dan besarnya rintangan menuju penyelesaian, Allah berkuasa untuk mengatasinya, meskipun harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Namun yang menjadi catatan bahwa Allah mendamaikan diriNya dengan manusia berdosa bukan karena manusianya yang layak dan benar akan tetapi ini Allah lakukan karena inisitif Allah sendiri demi kemuliaan nama-Nya.
3. Kesimpulan :
Jadi kesimpulannya yaitu, semua lapisan masyarakat di muka bumi ini pernah mengalami konflik. Dalam kalangan keluarga Kristen pun tidak luput. Konflik ada manfaatnya jika diselesaikan dengan baik karena dapat membangun karakter atau pribadi seseorang namun akan sangat buruk jika diabaikan dan memberi dampak yang tidak bagus kepada orang yang terlibat dalam konflik tersebut. Selain itu bisa berkepanjangan dan mengakibatkan kepahitan yang bisa di bawa sampai mati.
Hal bijak yang perlu dilakukan adalah secepatnya menyelesaikan, jika kesulitan minta bantuan kepada orang yang punya potensi untuk dapat melakukan hal tersebut.


[1]  Kejadian 2:15-18: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
[2] Kamus Wcyliffe  dalam kamus alkitab sabda for android
[3] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2009), hlm. 12
[4] Kamus  Jerusalem dalam kamus alkitab sabda for android

Tidak ada komentar:

Posting Komentar