Senin, 30 November 2015

DOSA DAN PENYELAMATAN



Meskipun seseorang hanya tinggal di rumahnya sendiri, seorang diri saja, ia tidak bisa berkata bahwa ia tidak berdosa. Dalam Roma 3:10-18, Paulus mengutip ayat dari mazmur-mazmur, ada tertulis: “ tidak ada yang benar, seorang pun tidak”. Jelaslah bahwa semua orang adalah manusia berdosa, juga mereka yang berusaha untuk hidup sesuci mungkin (bdk. Rom.3:23) dengan kata lain, dosa kita memisahkan kita dari Tuhan yang kudus dan sempurna (dalam kebenaran dan keadilan) dan karena itu Tuhan harus menghukum dosa manusia, karena dosa adalah suatu masalah yang harus dihadapi oleh umat manusia. Tuhan sudah memberikan kepada kita dua cara untuk menghadapi masalah dosa, yaitu pengakuan dan pengampunan.
Dan di dalam Alkitab seringkali dikatakan bahwa syarat mutlak untuk mendapat pengampunan dosa atau penyelamatan adalah pengakuan  dosa. Umat Tuhan harus memberikan pengakuan kepada Tuhan dan orang lain dan menerima pengakuan dari orang-orang lain juga. Umat Tuhan harus memberikan pengampunan kepada orang lain dan menerima pengampunan dari Tuhan dan orang-orang lain. Pengakuan dan pengampunan adalah saling bergandengan.
Pengakuan dosa dalam proses konseling sangat penting. Konselor menolong konseli untuk mendapat damai sejahtera dengan orang lain maupun dengan diri sendiri, sehingga mereka dapat memberikan pujian kepada Tuhan. Dituntun agar jujur akan kelemahannya dan jujur akan kesalahan yang dilakukan, jujur akan sesuatu yang seharusnya dilakukan tapi dia tidak melakukannya, jujur akan masalah-masalah yang tidak diselesaikan, sehingga mereka secara penuh menerima pengampunan dari Tuhan. Seseorang yang datang kepada konselor untuk masalah yang dihadapinya tidak akan bisa dibantu untuk mengatasi masalahnya kalau masih berkancah di dalam dosanya. Jadi selain mengunggapkan masalah yang dihadapinya ia juga perlu untuk melakukan pengakuan dosa karena bisa menjadi kemungkinan dosa itu adalah akar masalah yang menekannya selama ini. Mereka perlu dituntun untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.  Allah yang turun dari tahta-Nya yang tertinggi dan masuk dalam dunia yang berdosa ini, termasuk orang-orang yang berdosa. Banyak orang yang mengalami tekanan hidup dan tidak menyadari bahwa hal itu tentu ada kaitannya dengan dosa yang dilakukan, dan akibatnya bukan hanya dia saja yang akan menuai akibat dosa itu tapi kepada keluarganya, kemungkinan lain bahwa masalah yang dihadapinya bisa bisa terjadi karena disebabkan oleh dosa orang tuanya, neneknya atau juga dari anak-anaknya, jadi punya kaitan satu dengan yang lainnya.
Yesus sendiri banyak kali menghadapi orang – orang yang jatuh ke dalam dosa, seperti Rasul Petrus, Zakheus, perempuan berzinah dan yang lebih populer diketahui adalah ketika Yesus hadir dalam kehidupan perempuan samaria pada sekitar pukul 12 di sebuah sumur. Yesus menawarkan diri-Nya sebagai Air Hidup yang akan diminum perempuan itu dalam arti perempuan itu harus sepenuhnya mempercayakan hidupnya kepada Tuhan, dan setelah itu Yesus juga menuntun perempuan itu untuk mengakui dosa zinah yang dilakukannya (Yoh 4) Yesus hadir dalam masalah mereka dan juga mau menolong untuk lepas dari dosa yang membelenggu mereka. Yesus yang akan menyelesaikan semuanya. Jadi harus punya keterhubungan dengan Yesus yang akan menolong dia untuk menghadapi masalahnya. Yesus kekal yang akan selalu hadir dalam kehidupan anak-anak-Nya sampai kapanpun, Ia tidak sama dengan kita yang hari ini ada besok lusa tidak diketahui di mana berada.
Seorang konseli haruslah mengakui dosa pribadi. Ayat yang juga cukup populer bagi kita adalah dari Markus 1:4,5 Yohanes Pembabtis datang ke padang belantara dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibabtis dan Allah akan mengampuni dosamu”. Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem sambil mengaku dosa, mereka dibabtis disungai Yordan” ini merupakan jantung dari pelayanan Yohanes Pembabtis. Dan Tuhan Yesus juga memulai pelayanan-Nya dengan hal yang sama. Tuhan Yesus memanggil orang untuk bertobat dan percaya. Di dalam gereja mula-mula, pengakuan itu dilakukan di depan publik. Ketika orang-orang berkumpul untuk beribadah, mereka diharapkan untuk berdiri dan memberi pengakuan mereka, yaitu untuk mengakui dosa mereka kepada Tuhan dan sesama, dan untuk menerima jaminan pengampunan melalui pemimpin ibadah.[1]
Tulus Tu’u pun dalam bukunya Dasar-Dasar Konseling Pastoral memahami bahwa dosa adalah salah satu kekuatan yang sangat besar di dunia ini. Sayangnya, kekuatan dosa ini adalah kekuatan yang selalu mengakibatkan dan menghasilkan hal-hal buruk bagi manusia. “Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk,” (Yoh 5:14). Dosa bila dibiarkan dan tidak diselesaikan, akan membawa hal-hal yang lebih buruk lagi bagi seseorang. Ia akan kehilangan damai, ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Dunia dapat memberikan banyak hal kepadanya. Tetapi untuk apa mendapat dunia bila harus kehilangan nyawa? Hidup seperti ini adalah hidup yang percuma sebab di sana akan akan rintihan, jeritan, air mata, batin tersiksa, kuk yang berat, dan akhirnya melumpuhkan daya batin (Mzm.107:17, Rat 1:14).  Karena itu konselor perlu menolong konseli untuk menyadari keadaan dirinya yang tidak bersih di hadapan Tuhan. Konselor mengarahkan percakapan dengan respons interpretative agar konseli mencari Tuhan dan menyelesaikan dosanya sampai akhirnya ia menemukan hidup dan damai dengan Tuhan. Damai yang sejati adalah anugerah Kristus (Yoh. 14:27) dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Dialah yang berkuasa menyelesaikan dosa, mengampuni, membebaskan, dan memerdekakan setiap orang dari ikatan dosa.[2]
Selanjutnya Yakub. B. Susabda menyoroti dari segi pertobatan bahwa itu adalah hal yang terumit karena melibatkan setiap aspek dalam hidup manusia. Barangkali oleh karena rumitnya atau kurangnya pengetahuan dalam bidang ini, banyak hamba Tuhan yang cenderung untuk melupakan dan tidak mengabaikan persoalan di sekitar pertobatan. Dan ada beberapa sumbangan dari ahli-ahli psikologi tentang pertobatan:
1.      Pertobatan dimana secara mendadak seorang mengalami perubahan besar dalam hidupnya, terjadi oleh karena “peristiwa perubahan” dalam otak orang yang bersangkutan
2.      Pertobatan mendadak bisa terjadi oleh karena mendapatkan konfik-konflik batiniah yang tidak terselesaikan yang selama ini dideritanya.
3.      Pertobatan mendadak bisa terjadi oleh karena orang yang bersangkutan memang sudah memiliki bakat-bakat kearah itu.
4.      Pertobatan mendadak bisa terjadi oleh karena suggesti yaitu suatu manipulasi indera manusia[3]

Jadi yang menjadi kesimpulan bahwa seseorang yang ingin dibantu untuk mengatasinya masalahnya ia perlu melakukan pengakuan dosa dan mengalami pembebasan dan penyelamatan dari Allah, meskipun itu sulit dan berat karena ada perasaan malu serta merasa harga diri akan turun tapi ia akan tetap melakukannya. Mereka dituntun untuk memahami bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan jadi tidak perlu takut untuk melakukan pengakuan.


[1] www.seabs.ac.id/journal/oktober2004/james%20Beck201.pdf
[2] Tulus Tu’u, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007), hlm. 35-36
[3] Yakub B. Susabda, Konseling Pastoral- Jilid 2 (Malang: Gandum Mas, 1996), hlm. 211-217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar