Meskipun
seseorang hanya tinggal di rumahnya sendiri, seorang diri saja, ia tidak bisa berkata
bahwa ia tidak berdosa. Dalam Roma 3:10-18, Paulus mengutip ayat dari
mazmur-mazmur, ada tertulis: “ tidak ada yang benar, seorang pun tidak”.
Jelaslah bahwa semua orang adalah manusia berdosa, juga mereka yang berusaha
untuk hidup sesuci mungkin (bdk. Rom.3:23) dengan kata lain, dosa kita
memisahkan kita dari Tuhan yang kudus dan sempurna (dalam kebenaran dan
keadilan) dan karena itu Tuhan harus menghukum dosa manusia, karena dosa adalah
suatu masalah yang harus dihadapi oleh umat manusia. Tuhan sudah memberikan
kepada kita dua cara untuk menghadapi masalah dosa, yaitu pengakuan dan
pengampunan.
Dan
di dalam Alkitab seringkali dikatakan bahwa syarat mutlak untuk mendapat
pengampunan dosa atau penyelamatan adalah pengakuan dosa. Umat Tuhan harus memberikan pengakuan
kepada Tuhan dan orang lain dan menerima pengakuan dari orang-orang lain juga.
Umat Tuhan harus memberikan pengampunan kepada orang lain dan menerima
pengampunan dari Tuhan dan orang-orang lain. Pengakuan dan pengampunan adalah
saling bergandengan.
Pengakuan
dosa dalam proses konseling sangat penting. Konselor menolong konseli untuk
mendapat damai sejahtera dengan orang lain maupun dengan diri sendiri, sehingga
mereka dapat memberikan pujian kepada Tuhan. Dituntun agar jujur akan
kelemahannya dan jujur akan kesalahan yang dilakukan, jujur akan sesuatu yang
seharusnya dilakukan tapi dia tidak melakukannya, jujur akan masalah-masalah
yang tidak diselesaikan, sehingga mereka secara penuh menerima pengampunan dari
Tuhan. Seseorang yang datang kepada konselor untuk
masalah yang dihadapinya tidak akan bisa dibantu untuk mengatasi masalahnya
kalau masih berkancah di dalam dosanya. Jadi selain mengunggapkan masalah yang
dihadapinya ia juga perlu untuk melakukan pengakuan dosa karena bisa menjadi
kemungkinan dosa itu adalah akar masalah yang menekannya selama ini. Mereka perlu
dituntun untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Allah yang turun dari tahta-Nya yang tertinggi
dan masuk dalam dunia yang berdosa ini, termasuk orang-orang yang berdosa. Banyak
orang yang mengalami tekanan hidup dan tidak menyadari bahwa hal itu tentu ada
kaitannya dengan dosa yang dilakukan, dan akibatnya bukan hanya dia saja yang
akan menuai akibat dosa itu tapi kepada keluarganya, kemungkinan lain bahwa
masalah yang dihadapinya bisa bisa terjadi karena disebabkan oleh dosa orang
tuanya, neneknya atau juga dari anak-anaknya, jadi punya kaitan satu dengan
yang lainnya.
Yesus
sendiri banyak kali menghadapi orang – orang yang jatuh ke dalam dosa, seperti
Rasul Petrus, Zakheus, perempuan berzinah dan yang lebih populer diketahui
adalah ketika Yesus hadir dalam kehidupan perempuan samaria pada sekitar pukul
12 di sebuah sumur. Yesus menawarkan diri-Nya sebagai Air Hidup yang akan
diminum perempuan itu dalam arti perempuan itu harus sepenuhnya mempercayakan
hidupnya kepada Tuhan, dan setelah itu Yesus juga menuntun perempuan itu untuk
mengakui dosa zinah yang dilakukannya (Yoh 4) Yesus hadir dalam masalah mereka
dan juga mau menolong untuk lepas dari dosa yang membelenggu mereka. Yesus yang
akan menyelesaikan semuanya. Jadi harus punya keterhubungan dengan Yesus yang
akan menolong dia untuk menghadapi masalahnya. Yesus kekal yang akan selalu
hadir dalam kehidupan anak-anak-Nya sampai kapanpun, Ia tidak sama dengan kita
yang hari ini ada besok lusa tidak diketahui di mana berada.
Seorang
konseli haruslah mengakui dosa pribadi. Ayat yang juga cukup populer bagi kita
adalah dari Markus 1:4,5 Yohanes Pembabtis datang ke padang belantara dan
menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibabtis dan Allah akan mengampuni
dosamu”. Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan
semua penduduk Yerusalem sambil mengaku dosa, mereka dibabtis disungai Yordan”
ini merupakan jantung dari pelayanan Yohanes Pembabtis. Dan Tuhan Yesus juga
memulai pelayanan-Nya dengan hal yang sama. Tuhan Yesus memanggil orang untuk
bertobat dan percaya. Di dalam gereja mula-mula, pengakuan itu dilakukan di
depan publik. Ketika orang-orang berkumpul untuk beribadah, mereka diharapkan
untuk berdiri dan memberi pengakuan mereka, yaitu untuk mengakui dosa mereka
kepada Tuhan dan sesama, dan untuk menerima jaminan pengampunan melalui
pemimpin ibadah.[1]
Tulus
Tu’u pun dalam bukunya Dasar-Dasar Konseling Pastoral memahami bahwa dosa
adalah salah satu kekuatan yang sangat besar di dunia ini. Sayangnya, kekuatan
dosa ini adalah kekuatan yang selalu mengakibatkan dan menghasilkan hal-hal
buruk bagi manusia. “Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi
yang lebih buruk,” (Yoh 5:14). Dosa bila dibiarkan dan tidak diselesaikan, akan
membawa hal-hal yang lebih buruk lagi bagi seseorang. Ia akan kehilangan damai,
ketentraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Dunia dapat memberikan banyak hal
kepadanya. Tetapi untuk apa mendapat dunia bila harus kehilangan nyawa? Hidup
seperti ini adalah hidup yang percuma sebab di sana akan akan rintihan,
jeritan, air mata, batin tersiksa, kuk yang berat, dan akhirnya melumpuhkan
daya batin (Mzm.107:17, Rat 1:14).
Karena itu konselor perlu menolong konseli untuk menyadari keadaan
dirinya yang tidak bersih di hadapan Tuhan. Konselor mengarahkan percakapan
dengan respons interpretative agar konseli mencari Tuhan dan menyelesaikan
dosanya sampai akhirnya ia menemukan hidup dan damai dengan Tuhan. Damai yang
sejati adalah anugerah Kristus (Yoh. 14:27) dan tidak bisa ditemukan di tempat
lain. Dialah yang berkuasa menyelesaikan dosa, mengampuni, membebaskan, dan
memerdekakan setiap orang dari ikatan dosa.[2]
Selanjutnya
Yakub. B. Susabda menyoroti dari segi pertobatan bahwa itu adalah hal yang
terumit karena melibatkan setiap aspek dalam hidup manusia. Barangkali oleh
karena rumitnya atau kurangnya pengetahuan dalam bidang ini, banyak hamba Tuhan
yang cenderung untuk melupakan dan tidak mengabaikan persoalan di sekitar
pertobatan. Dan ada beberapa sumbangan dari ahli-ahli psikologi tentang
pertobatan:
1. Pertobatan
dimana secara mendadak seorang mengalami perubahan besar dalam hidupnya,
terjadi oleh karena “peristiwa perubahan” dalam otak orang yang bersangkutan
2. Pertobatan
mendadak bisa terjadi oleh karena mendapatkan konfik-konflik batiniah yang
tidak terselesaikan yang selama ini dideritanya.
3. Pertobatan
mendadak bisa terjadi oleh karena orang yang bersangkutan memang sudah memiliki
bakat-bakat kearah itu.
4. Pertobatan
mendadak bisa terjadi oleh karena suggesti yaitu suatu manipulasi indera
manusia[3]
Jadi
yang menjadi kesimpulan bahwa seseorang yang ingin dibantu untuk mengatasinya
masalahnya ia perlu melakukan pengakuan dosa dan mengalami pembebasan dan
penyelamatan dari Allah, meskipun itu sulit dan berat karena ada perasaan malu
serta merasa harga diri akan turun tapi ia akan tetap melakukannya. Mereka
dituntun untuk memahami bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan
jadi tidak perlu takut untuk melakukan pengakuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar